Banyak
pendapat tentang sejarah berdirinya masjid menara Kudus. Ada yang bilang masjid
ini adalah bangunan peninggalan Umat Hindu yang bermukim di Kudus, kemudian
datang Syekh Ja’far Shodiq (Sunan Kudus) yang mengubah bangunan itu menjadi
tempat ibadah Umat Islam. Namun pendapat itu adalah salah.
Jika benar
menara Kudus adalah bangunan Hindu, bisa kita lihat kemana arah menghadapnya.
Bangunan Menara Kudus terdapat sebuah pintu masuk berupa tangga di sebelah barat
bangunan. Hal ini menunjukan bahwa Menara ini menghadap kearah barat. Sementara
kalau ini bangunan peninggalan Hindu, harusnya bangunan ini menghadap gunung.
Karena tempat ibadah umat Hindu menghadap ke Gunung. Yang pada daerah Kudus
terletak di arah Utara.
Bukti kedua
kalau Menara ini bukan bangunan Hindu bisa kita lihat pada dinding Menara ini.
Jika ini Menara hindu, seharusnya ada pahatan Arca atau patung-patung yang
dianggap Umat Hindu sebagai Dewa. Sementara pahatan pada dinding Menara ini
hanya relief daun-daun dan akar.
Ada yang
bilang Menara Kudus ini dibawa Sunan Kudus dari daerah lain dengan menggunakan
sebuah sapu tangan. Namun hal ini juga tidak benar. Alasan Menara dan Masjid
Menara Kudus ini dibangun adalah salah satu Syi’ar Sunan Kudus dalam
menyebarkan Agama Islam di daerah Kudus yang pada saat itu banyak bermukim Umat
Hindu di daerah ini.
Sunan Kudus
adalah utusan Sultan daerah Demak pada masa itu. Beliau masih keturunan dari
Nabi Muhammad SAW. Sunan Kudus menyebarkan Agama Islam dengan cara berdagang
dan berdakwah dengan membawa Sapi sebagai media dakwah. Karena Sapi adalah
hewan yang paling dihormati oleh Umat Hindu. Karena itulah orang Kudus sekarang
dilarang menyembelih sapi.
Tujuan
didirikan Menara itu sebenarnya sebagai tempat adzan pada masa itu. Karena pada
zaman dahulu belum ada pengeras suara. Hal ini dibuktikan dengan adanya Bedug
peninggalan Sunan Kudus diatas Menara. Sementara alasan Menara itu menyerupai
bentuk bangunan Hindu adalah untuk menarik minat umat Hindu agar mau mendengarkan
dakwah Sunan Kudus. Bangunan Menara Kudus ini memiliki banyak filosofi. Seperti
yang terdapat pada dinding Menara ini terdapat daun-daunan yang melambangkan
kehidupan. Selain itu juga terdapat piring-piring dari China, karena di daerah
itu juga banyak masyarakat China.
Tempat Sunan
Kudus berdakwah dan berdagang dahulu adalah di Pasar Bubar yang sekarang
menjadi pangkalan ojek Menara. Sementara Sunan Kudus pada masa itu tinggal di
daerah yang sekarang kita kenal dengan nama Desa Langgardalem. Dakwah Sunan
Kudus di Pasar itulah yang menjadi cikal bakal usaha masyarakat Kudus yang
sebagian besar adalah pedagang. Selain itu masyarakat Kudus juga dikenal Santri
dan rajin mengaji. Sehingga muncul istilah
Jigang yang berarti Ngaji dan Dagang.
Pada zaman dahulu
Masjid Menara Kudus tidak sebesar sekarang ini. Karena dahulu Umat Islam di
daerah ini masih sedikit. Masjid Menara ini diberi nama Masjid Al-Aqsho. Masjid
Menara ini berdampingan dengan Menara Kudus karena Menara sebagai tempat Azan
dan Masjid sebagai tempat Shalat.
Ada mitos
mengatakan kalau di bawah Menara terdapat Air Kehidupan. Namun yang dimaksud
Air Kehidupan ini hanya Filosofi saja. Memang benar terdapat Sumur di bawah
menara ini. Air memang memiliki arti sumber kehidupan. Dan inilah yang membuat
masyarakat salah faham tentang maksud Air Kehidupan.
Di Masjid
Menara Kudus terdapat tradisi Buka Luwur yang berarti Membuka Tirai yang
terdapat pada Makam Sunan Kudus. Tradisi ini selalu diadakan setiap tanggal 10
Muharram dengan pemotongan hewan seperti kerbau dan kambing yang kemudian di
masak dan dibagikan kepada warga Kudus.
No comments:
Post a Comment